“Melawan dengan karya!”

Kalau lo sadar, satu-dua bulan kebelakang masyarakat kerap meluapkan kritik dan emosinya dengan bermodalkan medium tembok, cat, dan tentu ide seni seperti mural, grafiti, hingga coretan vandal. Mural yang dimaksud seperti yang bertulisan ‘Tuhan, Aku Lapar’, ‘Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit’, dan ‘404: Not Found’ dengan background wajah yang similiar dengan Presiden RI Joko Widodo.

Kritik ini ternyata dianggap offensive , ya mungkin karena mereka merasa ini “nggak diminta”, akhirnya karya-karya tersebut dihapus oleh mereka para aparat.

Lomba Mural Gejayana Memanggil
detik

Lomba Mural Gejayan Memanggil

Pembatasan berekspresi ini tentu menuai banyak opini, merasa bahwa kritik seperti ini aja kok dibungkam. Dari keprihatinan atas hal ini lah akhirnya Gejayan Memanggil berinisiatif untuk membuat lomba mural yang menurut gue gokil banget.

Gejayan Memanggil membuat pengumuman lomba mural melalui akun Instagramnya @gejayanmemanggil, yang bertajuk ‘#LombaDibungkam‘, dan akan berlangsung dari tanggal 23-31 Agustus 2021.

http://instagram.com/gejayanmemanggil

Di post Instagram tersebut, lo bisa lihat kriteria juri, hadiah, dan bagaimana cara untuk berpartisipasi.

Kriteria juri ini yang menurut gue ‘wah’ banget, seperti 1. keberanian, 2. Semangat melawan, 3. Diapresiasi Rakyat, 4. Tidak Sara, dan 5. Aparat merespon cepat untuk menghapus hasil karya mural peserta.
Nah, poin kelima inilah yang sangat menarik perhatian, karena memiliki arti bahwa aparat lah yang menentukan siapa yang menjadi pemenang. Jurinya, ya aparat itu.

Untuk hadiah, merchendise yang akan diberikan sih belum diumumkan seperti apa bentuknya, dan apabila lo menang, 50% uang hasil penjualan akan jadi milik lo. Mulianya lagi, sisa dari uang tersebut akan disalurkan untuk gerakan rakyat untuk rakyat. Mungkin beberapa menganggap bahwa hadiah ini bukanlah hadiah besar, hanya sebatas exposure untuk mereka para pemenang. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak pihak eksternalyang berinisiatif menyumbangkan hadiah untuk lomba ini seperti buku, kaos, totebag, dan lainnya.

Karya yang Sudah Masuk

Kolektif Tembok Perlawanan, salah satunya, membuat mural gokil dengan tulisan “Jangan takut, tuan-tuan, ini cuma street art”.

https://www.instagram.com/tembokperlawanan_/

Ada lagi, yaitu kolektif Kawan Tembok, membuat moral yang tulisannya merupakan modifikasi lirik lagu Iwan Fals “Urus saja moralmu, jangan urus muralku!”

https://www.instagram.com/kawantembok/

Kata Mereka

Dilansir dari Detik, Humas lomba mural Gejayan memanggil yang diberi nama samaran Mimin Muralis, berkata “Coret-coretan di tembok adalah cara-cara ketika kebebasan bersuara terbatas dan sekarang coretan pun dibatasi.”

“Di Indonesia sebaliknya, mural dianggap kriminal. Sementara baliho ‘sampah’ visual dianggap representasi suara rakyat, padahal itu suara oligarki,” tambahnya